Tiga Hal Yang Harus Dihindari Saat Marah

| Minggu, November 27, 2016 |

Efesus 4:26a "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu."

Kita semua pasti pernah marah.
Masing-masing kita menanganinya dengan berbeda-beda dan tak satu pun dari kita yang bisa lepas dari emosi ini sepenuhnya.
Tapi hanya karena kita marah bukan berarti kita sedang berbuat dosa.

Alkitab mengatakan, "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa" (Efesus 4:26a).
Paulus memberitahu kita dalam ayat ini agar tidak membiarkan kemarahan kita menggiring kita ke dalam dosa.
Itu artinya kemarahan bukan selalu artinya dosa. Yang benar adalah, kita dapat menangani kemarahan dengan cara yang tepat dan benar.

Sayangnya, sebagian besar dari kita mengekspresikan kemarahan dengan cara-cara yang malah menjauhkan kita dari tujuan-tujuan kita, ketimbang mendekatkan kita.

Sebagai contoh, berikut tiga hal yang harus dihindari ketika Anda marah:

Jangan memendam kemarahan Anda. Jangan menyimpannya di dalam. Ketika Anda memendam kemarahan, tak mengekspresikannya dengan dengan cara yang tepat, itu seperti mengocok sebotol minuman bersoda. Itu akan meledak! Pada akhirnya itu akan berdampak pada tubuh Anda. Dokter memberitahu kita sejumlah penyakit ringan yang biasanya disebabkan oleh kemarahan yang ditekan.

Jangan memendamnya. Ketika Anda memendam amarah Anda, Anda sesungguhnya hanya menyangkalnya. Memungkiri kenyataan bahwa Anda marah akan membuat Anda tertekan. Dulu waktu saya lebih banyak melayani konseling, saya sering mendengar banyak orang berkata pada saya jika mereka sedang stres, tapi sebenarnya mereka hanya marah saja. Mereka pikir orang Kristen itu tidak boleh marah, jadi mereka hanya memendamnya. Menyangkal kemarahan adalah dosa. Itu sama saja berbohong.

Jangan mengekspresikannya dengan cara yang tidak pantas. Tanpa disadari, kita bisa mengekspresikan kemarahan dengan berbagai cara yang tidak pantas. Kita bisa cemberut, melontarkan sarkasme, memanipulasi, atau melakukan hal bodoh (mabuk, berselingkuh, dll). Tak satu pun dari pendekatan-pendekatan tersebut bisa menolong kita mendapatkan penyelesaian yang kita cari.

Jadi apa yang harus kita perbuat dengan kemarahan kita?

Mengakuinya. Jangan hanya mengakui kemarahan Anda, tapi juga akui penyebabnya. Katakan kepada Allah - dan kepada siapa pun yang berkonflik dengan Anda - bahwa Anda frustrasi atau merasa terancam. Semakin jujur Anda dalam relasi-relasi Anda, semakin mudah Anda sampai ke akar penyebab kemarahan Anda.

Tetapi, ini kabar baik tentang kemarahan Anda: Anda mungkin dibesarkan di rumah yang penuh dengan kemarahan yang tak pantas secara terus menerus. Kemarahan yang tak pantas mungkin bisa dipelajari, tapi juga bisa tidak dipelajari. Anda bisa berubah. Anda tak harus selamanya menjadi orang yang sama. 

Renungkan hal ini: 

Bagaimana keluarga Anda menangani kemarahan ketika Anda dibesarkan?

Manakah dari ketiga cara yang tak pantas dalam menangani kemarahan Anda yang cenderung Anda pakai? Apa kata keluarga Anda tentang cara yang sering Anda gunakan?

Apa amarah yang tengah Anda hadapi sekarang?

Bagaimana Tuhan ingin Anda menanganinya?

Bacaan Alkitab Setahun :
Mikha 3; Ibrani 10:1-18

Jangan hanya mengakui kemarahan Anda, tapi juga akui penyebabnya
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top